Selasa, 05 Mei 2015

TUGAS TOU2 (Minggu ke 2)

ANALISA STUDI KASUS
KASUS 1
“Teamwork Perawatan Rumah Sakit Umum Daerah X”

Rumusan Masalah :
RSUD X memiliki  Visi menjadi Rumah Sakit Umum yang diminati oleh masyarakat, Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa usaha yang telah dilakukan oleh pihak RSUD X belum menunjukkan hasil yang maksimal. Munculnya keluhan masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan pihak RSUD X. Melalui survei kepada beberapa perawat di RSUD X diperoleh data yang menunjukkan bahwa perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, kurang memiliki rasa saling percaya dan saling mendukung, kurang mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan teamwork yang kurang efektif di RSUD X. Sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat, kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik, kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi sehingga sering menimbulkan konflik serta hubungan antar perawat yang dirasakan kurang harmonis.

Analisa :
Untuk studi kasus tersebut terlihat bahwa masalah utama nya adalah teamwork pada RSUD X tersebut, dan masalahnya tersebut berada pada teamwork perawat. masalah  yang terjadi yaitu Sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat, kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik, kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi.
Dari hal hal tersebut berdampak pula ke pada para pasien dimana muncul ketidakpuasan pasien terhadap kualitas pelayan yang diberikan oleh RSUD X .

Solusi :
Teamwork sangat penting dalam organisasi karena akan menghasilkan kinerja yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan secara individual. Pelaksanaan teamwork secara efektif akan berdampak pada kesuksesan tim dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perawat rumah sakit X seharusnya memiliki pemahaman yang sama mengenai karakteristik utama yang menyebabkan teamwork menjadi efektif sehingga mampu mencapai tujuan organisasi. Perawat seharusnya mengerti dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai dengan baik pula dengan dukungan bersama. Oleh sebab itu dibutuhkan rasa saling ketergantungan, rasa saling memiliki tim dalam melaksanakan tugas. Jika perawat di rumah sakit X mampu menciptidakan teamwork yang efektif, maka akan bisa meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit sehingga jumlah pasien juga akan meningkat. Selain itu, visi rumah sakit untuk menjadi Rumah Sakit Umum yang diminati oleh masyarakat akan dapat diwujudkan.

KASUS 2
“Hartoyo Sebagai Manajer”
Rumusan Masalah :
Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen produksi. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia bergabung dalam perusahaan. Beberapa dari karyawan menunjukkan sikap tidak puas dan agresif. Para karyawan Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, “dalam tentara, saya membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan saya berbuat seperti itu.”

Analisa :
Untuk studi kasus tersebut terlihat bahwa masalah utama nya adalah permasalahan kepemimpinan perusahaan oleh Drs. Hartoyo yang menimbulkan dampak kepada karyawannya yang menunjukkan sikap tidak puas dan agresif dan juga merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat sendiri oleh Drs Hartoyo.

Solusi :
Perlu adanya komunikasi yang lebih antara kepemimpinan ini dengan bawahannya / karyawan, karena komunikasi sangat penting untuk menampaikan pendapat dan ide dari pemimpin maupun bawahannya . supaya bisa memunculkan rasa yang harmonis antar pemimpin dan karyawannya. sehinngga dari sini lah akan menimbulkan semangat kerja baik untuk pemimpinnya dan bawahannya.    

Pertanyaan kasus :
1.      Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh Hartoyo? Bagaimana keuntungan dan kelemahannya? Bandingkan motivasi bawahan Hartoyo sekarang dan dulu sewaktu ditentara.
2.      Konsekuensinya apa, bila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya? Apa saran saudara bagi perusahaan, untuk merubah keadaan?

Jawab :
1. Dari kasus di atas dan analisa yang di dapat, menurut saya  gaya kepemimpinan yang di gunakan oleh hartoyo ini adalah otoriter . Karena pada perusahaan yang sekarang Hartoyo masih membuat keputusan seperti ia masih menjadi tentara dahulu dan Komunikasi yang dilakukan satu arah ke  bawah (top-down). Untuk kelebihannya dapat menimbulkan kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak. Dan untuk kelemahannya adalah mengakibatkan merusak moral, meniadakan inisiatif, menimbulkan permusuhan, aktivitas, keluhan, absen, pindah, dan tidak puas. Motivasi bawahan Hartoyo pada saat di tentara dan di perusahaan jelas berbeda. Hal ini karena gaya kepemimpinan Hartoyo hanya cocok untuk memimpin di lingkungan tentara sedangkan di lingkungan perusahaan gaya kepemimpinan tersebut dirasa kurang tepat sehingga terjadi ketidakpuasan bawahan terhadap atasan. Pada saat di tentara bawahan memiliki semangat kerja tinggi.

2. Konsekuesinya yang akan di tanggung oleh hartoyo apabila  tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya adalah, rasa tidak puas bawahan sehingga dapat berdampak buruk ke perusahaan seperti menurunnya produktifitas kerja.  Saran saya adalah Hartoyo dapat merubah gaya kepemimpinannya dengan kepemimpinan demokratis. Seorang pemimpin yang demokratis menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan perusahaan. Seorang pemimpin yang demokratis melihat bahwa dalam perbedaan sebagai kenyataan hidup, harus terjamin kebersamaan. Nilai yang dianutnya berangkat dari filsafat hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia dengan cara manusiawi.

0 komentar: