ANALISA STUDI KASUS
KASUS
1
“Teamwork Perawatan Rumah Sakit
Umum Daerah X”
Rumusan
Masalah :
RSUD X memiliki Visi menjadi Rumah Sakit Umum yang diminati
oleh masyarakat, Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa usaha yang telah
dilakukan oleh pihak RSUD X belum menunjukkan hasil yang maksimal. Munculnya
keluhan masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan pihak RSUD X. Melalui
survei kepada beberapa perawat di RSUD X diperoleh data yang menunjukkan bahwa
perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, kurang
memiliki rasa saling percaya dan saling mendukung, kurang mengetahui visi dan
misi organisasi dan merasakan teamwork yang kurang efektif di RSUD X. Sikap
tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat, kurang adanya keinginan dan
kesadaran untuk menyelesaikan konflik, kurang adanya kesadaran para perawat
akan pentingnya kerjasama dan komunikasi sehingga sering menimbulkan konflik
serta hubungan antar perawat yang dirasakan kurang harmonis.
Analisa :
Untuk studi kasus tersebut terlihat
bahwa masalah utama nya adalah teamwork pada RSUD X tersebut, dan masalahnya
tersebut berada pada teamwork perawat. masalah yang terjadi yaitu Sikap tidak peduli dan
saling menyalahkan antar perawat, kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk
menyelesaikan konflik, kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya
kerjasama dan komunikasi.
Dari hal hal tersebut berdampak pula ke
pada para pasien dimana muncul ketidakpuasan pasien terhadap kualitas pelayan
yang diberikan oleh RSUD X .
Solusi :
Teamwork sangat
penting dalam organisasi karena akan menghasilkan kinerja yang lebih besar
dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan secara individual. Pelaksanaan teamwork secara efektif akan
berdampak pada kesuksesan tim dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perawat
rumah sakit X seharusnya memiliki pemahaman yang sama mengenai karakteristik
utama yang menyebabkan teamwork menjadi efektif sehingga mampu mencapai
tujuan organisasi. Perawat seharusnya mengerti dengan baik tujuan tim dan hanya
dapat dicapai dengan baik pula dengan dukungan bersama. Oleh sebab itu
dibutuhkan rasa saling ketergantungan, rasa saling memiliki tim dalam
melaksanakan tugas. Jika perawat di rumah sakit X mampu menciptidakan teamwork yang efektif, maka akan bisa
meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit
sehingga jumlah pasien juga akan meningkat. Selain itu, visi rumah sakit untuk
menjadi Rumah Sakit Umum yang diminati oleh masyarakat akan dapat diwujudkan.
KASUS 2
“Hartoyo Sebagai Manajer”
Rumusan
Masalah :
Drs.
Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen produksi.
Semangat kerja departemennya rendah sejak dia bergabung dalam perusahaan.
Beberapa dari karyawan menunjukkan sikap tidak puas dan agresif. Para karyawan
Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat
sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, “dalam tentara, saya membuat semua
keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan saya berbuat
seperti itu.”
Analisa
:
Untuk
studi kasus tersebut terlihat bahwa masalah utama nya adalah permasalahan
kepemimpinan perusahaan oleh Drs. Hartoyo yang menimbulkan dampak kepada karyawannya
yang menunjukkan sikap tidak puas dan agresif dan juga merasa tidak senang
dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat sendiri oleh Drs Hartoyo.
Solusi :
Perlu
adanya komunikasi yang lebih antara kepemimpinan ini dengan bawahannya /
karyawan, karena komunikasi sangat penting untuk menampaikan pendapat dan ide
dari pemimpin maupun bawahannya . supaya bisa memunculkan rasa yang harmonis
antar pemimpin dan karyawannya. sehinngga dari sini lah akan menimbulkan
semangat kerja baik untuk pemimpinnya dan bawahannya.
Pertanyaan
kasus :
1.
Gaya kepemimpinan macam apa yang
digunakan oleh Hartoyo? Bagaimana keuntungan dan kelemahannya? Bandingkan
motivasi bawahan Hartoyo sekarang dan dulu sewaktu ditentara.
2.
Konsekuensinya apa, bila Hartoyo tidak
dapat merubah gaya kepemimpinannya? Apa saran saudara bagi perusahaan, untuk
merubah keadaan?
Jawab
:
1. Dari kasus di atas dan analisa yang di dapat,
menurut saya gaya kepemimpinan yang di
gunakan oleh hartoyo ini adalah otoriter . Karena pada perusahaan yang sekarang
Hartoyo masih membuat keputusan seperti ia masih menjadi tentara dahulu dan Komunikasi
yang dilakukan satu arah ke bawah
(top-down). Untuk kelebihannya dapat menimbulkan kecepatan serta ketegasan dalam
pembuatan keputusan dan bertindak. Dan untuk kelemahannya adalah mengakibatkan
merusak moral, meniadakan inisiatif, menimbulkan permusuhan, aktivitas,
keluhan, absen, pindah, dan tidak puas. Motivasi bawahan Hartoyo pada
saat di tentara dan di perusahaan jelas berbeda. Hal ini karena gaya
kepemimpinan Hartoyo hanya cocok untuk memimpin di lingkungan tentara sedangkan
di lingkungan perusahaan gaya kepemimpinan tersebut dirasa kurang tepat
sehingga terjadi ketidakpuasan bawahan terhadap atasan. Pada saat di tentara
bawahan memiliki semangat kerja tinggi.
2. Konsekuesinya yang akan di tanggung oleh hartoyo apabila
tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya adalah, rasa tidak puas bawahan
sehingga dapat berdampak buruk ke perusahaan seperti menurunnya produktifitas
kerja. Saran saya adalah Hartoyo dapat merubah gaya kepemimpinannya
dengan kepemimpinan demokratis. Seorang pemimpin yang demokratis menyadari
bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara
jelas aneka tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan
perusahaan. Seorang pemimpin yang demokratis melihat bahwa dalam perbedaan
sebagai kenyataan hidup, harus terjamin kebersamaan. Nilai yang dianutnya
berangkat dari filsafat hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, memperlakukan manusia dengan cara manusiawi.
0 komentar:
Posting Komentar