CINTA MENURUT AJARAN
AGAMA
(Latar Belakang, Bentuk Cinta & Ayat Al-quran)
Makalah
Ditulis untuk
memenuhi Tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar
Oleh
Hafizh Oryza
Npm : 13113841
FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI
DAN TEHNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2014
CINTA MENURUT AJARAN
AGAMA
A.
LATAR BELAKANG
Ada
yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan
dengan agama. Tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya
cinta dalam kehidupan ini. Di satu pihak, cinta didengungkan lewat lagu dan
organisasi perdamaian dunia, tetapi pihak lain dalam praktek kehidupan cinta
sebagai dasar kehidupan jauh dari kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan
ajaran cinta kepada manusia.
Dalam
kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang
seseorang mencintai dirinya sendiri. Kadang-kadang mencintai orang lain. Atau
juga istri dan anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasul-Nya.
-
Berbagai bentuk cinta ini biasa kita
dapatkan dalam kitab suci Al-Qur’an.
B. BENTUK
CINTA
-
CINTA
DIRI
Cinta
diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap
hidup, mengembangkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri. Pun ia
mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia
membenci segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup hidup, berkembang dan
mengaktualisasikan diri. Ia juga membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa
sakit, penyakit dan mara bahaya. Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah
manusia terhadap dirinya sendiri, dan menghindari dari segala sesuatu yang
membahayakan keselamatan dirinya, melauli ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa
seandainya beliau mengetahui hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak
hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
Artinya
: “dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” (QS,
Al-Adiyat, 100:8).
Diantara
gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah
kecintaannya yang sangat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua
keinginannya dan memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan
kemewahan hidup
Artinya
: “Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia
menjadi putus asa lagi putus harapan.” (QS, Fushilat, 41:49)
Diantara
gejala lain yang menunjukkan kecintaan manusia pada dirinya sendiri ialah
permohonannya uang terus menerus agar dikaruniai harta, kesehatanm dan berbagai
kebaikan dan hidup lainnya. Dan apabila ia tertimpa bencana, keburukan, atau
kemiskinan, ia merasa putus asa dan mengira ia akan bias meperoleh karunia lagi
Namun
hendaknya cinta manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebih-lebihan dan
melewati batas. Sepatutnya cinta pada diri sendiri ini diimbangi dengan cinta
pada orang lain dan cinta berbuat kebajikan kepada mereka.
-
CINTA KEPADA SESAMA MANUSIA
Agar
manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia
lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan
egoismenya. Pun hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih
sayang pada orang-orang lain, bekerja sama dengan dan memberi bantuan kepada
orang lain. Oleh karena itu, Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan
manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila
ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus-menerus untuk memperoleh kebaikan
serta kebakhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya.
Setelah itu Allah langsung memberi pujuan kepada orang-orang yang berusaha
untuk tidak berlebih-lebihan dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan
diri dari gejala-gejala itu adalah dengan melalui iman, menegakkan shalat,
memberikan zakat, bersedekah kepada orang-orang miskin dan tak punya, dan
menjauhi segala larangan Allah. Keimanan yang demikian ini akan bias
menyeimbangkan antara cintanya kepada diri sendiri dan cintanya kepada orang
lain, dan dengan demikian akan bias merealisasikan kebaikan individu dan
masyarakat.
-
CINTA SEKSUAL
Cinta
erat kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam
melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Ia
merupakan factor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga :
Artinya
:
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir(QS, Ar-Rum, 30:21)
Dorongan
seksual melakukan fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan
jenis. Lewat dorongan seksualah terbentuknya keluarga. Dari keluarga terbentuk
masyarakat dan bangsa. Dengan demikian bumi pun menjadi ramai, bangsa-bangsa
saling kenal mengenal, kebudayaan berkembang, dan ilmu pengetahuan dan industry
menjadi maju. Islam mengakui dorongan seksual dan tidak mengingkarinya. Jelas
dengan sendirinya ia mengakui pula cinta seksual yang mennyertai dorongan
tersebut. Sebab ia merupakan emosi alamiah dalam diri manusia yang diingkari,
tidak ditentang ataupun ditekannya. Yang diserukan Islam hanyalah pengendalian
dan penguasaan cinta ini lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang
sah, yaitu dengan perkawinan.
-
CINTA KEBAPAKAN
Mengingat
bahwa antara ayah dan anal-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis
seperti yang menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli ilmu jiwa
modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis
seperti halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis. Dorongan ini Nampak
jelas dalam cinta bapak kepada anak-anaknya, karena mereka sumber kesenangan
dan kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan kebanggaan, dan merupakan factor
penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya dia
setelah meninggal dunia. Ini terlihat kelas dalam do’a Nabi Zakaria As, yang
memohon pada Allah semoga ia dikarunia seorang anak yang akan mewarisinya dan
mewarisi keluarga Ya’qub :
Artinya
: “Ia berkata : Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku
telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalm berdo’a kepada Engkau, ya
Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang
istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang
putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia,
ya Tuhanku, seseorang yang diridhai” (QS, Maryam, 19:4-6)
Cinta
kebapakan dalam Al-Qur’an diisyratkan dalam kisah Nabi Nuh As. Betapa cintanya
ia kepada anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan rasa penuh cinta,
kasih sayang, dan belas kasihan untuk naik ke perahu agar tidak tenggelam
ditelan ombak.
-
CINTA KEPADA ALLAH
Puncak
cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada
Allah dan kerinduaanya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya
saja, tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah laku
dan tindakannya ditunjukkan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya
:
Artinya
: “Katakanlah : Jika kamu(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha pengampun lagi Maha
penyanyang” (QS, Ali Imran, 3:31)
Cinta
yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi
kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukan semua
bentuk kecintaan lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang
yang cinta pada sesama manusia, hewan, semua mahluk Allah dan seluruh alam
semesta. Sebab dalam pandagannya semua wujud yang ada di sekelilingnya
mempunyai manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan
kerinduan-lerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.
- Cinta kepada Rasul
Cinta
kepada Rasul, yang diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta,
menduduki peringkat ke dua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul
merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun
berbagai sifat luhur lainnya. Seorang mukmin yang benar-benar beriman dengan
sepenuh hati akan mencintai Rasullah yang telah menanggung derita dakwah Islam,
berjuang dengan penuh segala kesulitan sehingga Islam tersebar di seluruh
penjuru dunia, dan membawa kemanusiaan dari kekelaman kesesaran menuju cahaya
petunjuk.
0 komentar:
Posting Komentar